AddThis

Share |

Kamis, 15 April 2010

Harapan "Arjuna" vo istrinya kelak

Istri cantik, bukanlah satu-satunya kriteria bagi seorang mu’min yang memiliki cita-cita untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. keshalihan sang istri merupakan kriteria utama dan didambakan seorang lelaki di antara sekian banyak kriteria yang diinginkannya. Apalah arti istri yang cantik, jika ia tidak taat kepada sang suami, suka membuatnya jengkel dan sakit hati, tidak menyenangkan ketika berada di dekatnya, tidak amanah, dan lain sebagainya. Tentunya keadaan seperti ini dapat membuat sang suami merasa tak aman dan nyaman berlama-lama di dalam rumah, bahkan boleh jadi rumah baginya laksana neraka. Beginilah konsekuensi yang akan ditanggung oleh seorang lelaki, tatkala ia memutuskan kecantikanlah sebagai kriteria utama dan segalanya dalam memilih partner hidupnya, meskipun ia tidak memiliki keshalihan. Seorang istri demikianlah yang memiliki potensi besar untuk tidak patuh kepada seorang suami, menyeleweng, dan cenderung mengabaikan hak-haknya. Padahal hak seorang suami atas seorang istri merupakan seagung-agungnya hak setelah hak Allah subhanahu wata’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kalau seandainya aku boleh menyuruh seorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku akan menyuruh seorang istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. at-Tirmidzi. Dan ia berkata, “Hasan Shahih.”;). Maka perlu bagi seorang wanita, baik yang sudah menjadi seorang istri, maupun yang akan menjadi seorang istri, untuk berusaha mencari tahu kiat-kiat khusus yang harus dilaksanakan agar ia menjadi dambaan dan pujaan para suami. Mudah-mudahan beberapa pesan dan nasehat di bawah ini bisa menjadi kiat-kiat yang berharga bagi para wanita untuk mewujudkan impiannya, menjadi idola dan idaman sang suami, serta untuk menggapai kebahagian yang hakiki dalam mengarungi lautan kehidupan rumah tangga yang penuh dengan liku-liku ini bersama suami tercinta. Kiat-kiat tersebut di antaranya adalah:

  • Hendaklah seorang istri merasa cukup dan ridha dengan pemberian yang sedikit dari sang suami. Tidak banyakmenuntutnya, sehingga membuatnya kecewa dan dapat menjerumuskannyauntuk mencari nafkah dengan jalan dan cara yang haram. Sungguh parawanita generasi Salafush-Shalih, apabila suaminya hendak berangkat darirumahnya untuk mencari nafkah, ia berkata kepadanya, “Jauhkanlah (wahaisuamiku) mencari nafkah yang haram. Sesung-guhnya kami mampu bersabarmenahan lapar, akan tetapi kami tidak mampu bersabar menahan panasnyaapi neraka!”
  • Hendaklah seorang istri menjauhkan diri dari berbuatdurhaka kepada suaminya, meninggikan suara ketika berbicara kepadanya,dan selalu mengeluhkan tentang suaminya kepada keluarganya. Nabishallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada seorang wanita, “Bagaimanasikapmu terhadap suamimu?! Sesungguhnya ia adalah surga dan nerakamu!”(HR. an-Nasa’i dan Ahmad, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
  • Hendaklah seorang istri tidak meminta kepadasuaminya seorang pembantu wanita yang masih muda, karena hal itu dapatmenjadi sebab sang suami menceraikannya. Dan karena seorang pembantuwanita muda lebih berpotensi mengundang fitnah dalam rumah tangga.Khususnya fitnah bagi sang suami. Tidak sedikit kasus-kasusperselingkuhan terjadi di dalam rumah tangga antara seorang suamidengan seorang pembantu wanita muda, karena seringnya komunikasi,saling memandang dan berdua-duaan, tatkala sang istri tak ada di rumah,dan lain sebagainya. Kemudian terjadilah perselisihan dan percekcokanantara suami dan istri yang berakhir pada perceraian. Nabi shallallahu‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah aku meninggalkan fitnahsepeninggalanku ini bagi para lelaki yang lebih berbahaya, selain parawanita.” (Muttafaq ‘alaih). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jugabersabda, “Janganlah sekali-kali seorang lelaki berkhalwat(berdua-duaan) dengan seorang wanita melainkan ada mahram bersamanya,lalu seorang lelaki berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam, istriku hendak keluar menunaikan haji, sedangkannamaku telah terdaftar untuk mengikuti perang ini dan itu. Nabishallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pulanglah kamu! Dan berhajilahbersama istrimu!”. (Muttafaq ‘alaih). Dan Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam juga bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hariAkhir, janganlah sekali-kali ia berkhalwat (berdua-duan) dengan seorangwanita yang tidak ada mahram bersamanya, maka sungguh ketiganya adalahsyetan.” (HR. Ahmad, dengan sanad yang shahih)
  • Hendaklah seorang istri mengetahui bahwa hak suamiharus lebih diutamakan dari semua hak kerabat/ keluarganya. Jikamendapatkan hak-hak yang saling bertabrakan, maka ia harus tetapmengutamakan hak suami, dan hendaklah ia mengabaikan yang lainnya.
  • Hendaklah seorang istri menjaga harta suaminya,tidak menggunakannya tanpa sepengetahuannya. Jika ia bersedekah darihartanya dengan idzinnya, maka ia mendapatkan pahala seperti pahalasuaminya. Jika ia bersedekah tanpa ridhanya, maka suaminya mendapatkanpahala, sedangkan ia mendapatkan dosa.
  • Hendaklah seorang istri menghindar dari pergaulandengan para tetangga yang tidak baik, teman-teman yang burukperangainya, yang dapat mempe-ngaruhinya sehingga ia bersikap burukterhadap suaminya, dan dapat menjadi sebab terjadinya perselihan antaraia dengannya, serta dapat merendahkan martabat dan harga diri suami dihadapannya.
  • Hendaklah seorang istri bersikap sabar atasperlakuan suaminya yang kurang baik. Hendaklah ia bijaksana dalammenyikapinya tatkala sedang emosi, niscaya suaminya akan memujinya padawaktu ia senang. Dan hendaklah ia juga mengetahui, bahwa problematikadalam rumah tangga tidak akan menjadi besar kecuali jika hal itudisikapi dengan keras kepala dan kesombongan. Maka janganlah iamenghancurkan rumah tangganya dengan sikap keras kepala dan kesombongan.
  • Hendaklah seorang istri memenuhi panggilan suaminyadalam situasi dan kondisi apa pun. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Barangsiapa mengajak istrinya ke tempat tidurnya, lalu iaenggan, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi.” (Muttafaq ‘alaih)
  • Hendaklah seorang istri tidak menyebutkan ataumenceritakan ’sifat’/keistimewaan wanita lain kepada suaminya. KarenaNabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang hal tersebut. Sebagaimanasabda shallallahu ‘alaihi wasallam beliau, “Janganlah seorang wanitabergaul dengan wanita lain, kemudian ia menceritakan wanita tersebutkepada suaminya, seakan-akan suaminya melihatnya (wanitatersebut).”(Muttafaq ‘alaih).
  • Hendaklah seorang istri mampu menjadi pemimpin dirumah suaminya dan bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, denganmenyuruh mereka berbuat baik, dan melarang mereka dari perbuatan yangmungkar (tidak baik). Serta tidak meridhai jika ada sesuatu yangmungkar di rumahnya. Dan hendaklah ia mengerti bahwasanya tidak adaketaatan kepada satu makhlukpun dalam maksiat kepada Allah subhanahuwata’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “…Dan seorangwanita (Ibu) adalah pemimpin di rumah suaminya, dan akan mempertanggungjawabkan atas kepemimpinannya,…”(HR. al-Bukhari dan Muslim).Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Apabila salah seorangdi antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mencegahnyadengan tangannya, dan apabila ia tidak mampu, maka hendaklah iamencegahnya dengan lisannya, dan apabila tidak mampu juga, makahendaklah ia mencegahnya dengan hatinya, dan yang demikian itu adalahselemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim, Abu Daud, an-Nasai, at-Tirmidzi,Ibnu Majah dan Ahmad). Wallahu a’alam.

Copy from :

http://blog.its.ac.id/indramuslim ~ indra_sl@physics.its.ac.id

0 komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu


ShoutMix chat widget

Time

My Team

Cek Dolar ah,,

Followers